Jumat, 15 Januari 2016

Renungan pasca bom sarinah

Hari ini, 15 Januari 2015, tepat 1 hari pasca bom Sarinah saya melewati Jalan thamrin hingga Sudirman. Sempat melihat aparat dan awak televisi memadati sisi samping bangunan Sarinah untuk berjaga-jaga. Selain itu, tidak ada hal yang berbeda. Lalu lintas masih terasa padat siang itu. Sepertinya Jakarta tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih dari kondisi mencekam kemarin. Hanya saja, di jalanan orang masih membicarakan kejadian itu, namun bukan dengan aura ketakutan. Namun dengan aura nasionalisme yang tinggi untuk bersatu melawan terorisme.

Pembicaraan di dunia digital sehari sebelumnya hingga hari ini sempat diwarnai humorisme yang kental mengolok kegagalan misi teror yang diluncurkan. Namun lewat hashtag #kamitidaktakut, pesan yang kuat tetap terbaca oleh dunia luar bahwa Indonesia tidak takut dengan serangan teroris. Semangat ini sempat membuat bergidik, bahwa kali ini saya benar-benar merasakan setiap orang ingin berjuang melindungi negara tercintanya, dengan cara yang sederhana dan cara apapun yang dapat dilakukan. Saya ikut larut dalam nasionalisme itu dan berusaha menahan diri untuk tidak memforward apapun di sosial media yang akan membuat orang khawatir akan kondisi pasca ledakan. Semua kekuatan bangsa ini membuat saya merasa bangga menjadi orang Indonesia.

Namun kemarin ada kejadian yang mengusik saya. Viral yang menunjukkan rakyat sipil menonton polisi bertempur itu sungguh mengusik saya. Dalam film perang sekalipun, rakyat sipil akan menghindari pertempuran. Mereka akan kocar-kacir bersembunyi mencari perlindungan. Tapi kemarin, kerumunan orang dalam zona bahaya tak terlihat gentar, bahkan asik melihat pertarungan hidup mati para polisi. Saya miris melihatnya.


Saya teringat tempo dulu kala rakyat Indonesia melawan penjajah. Sebuah kondisi yang berbeda adalah, saat itu semua orang harus mengabdikan dirinya untuk negara. Para pemberani itu berada di garis depan tanpa gentar turut serta memenangkan peperangan. Tapi kini, rakyat sipil berkerumun menonton pejuangnya berperang. Apa yang salah dengan itu? Cara berpikir saya mungkin salah. Namun menurut saya seharusnya mereka menyelamatkan diri, bukan menonton Polisi berusaha melumpuhkan teroris. Bukan soal "Tidak gentar"nya atau "tidak takut" tapi tidakkah mereka berpikir mereka bisa saja menjadi korban dalam pertempuran itu. Bisa saja penembak berbaju hitam itu mengarahkan tembakannya ke arah kerumunan. Jadi siapa yang salah disini ? Sekali lagi mungkin cara berpikir saya yang salah. Tapi saya belum pernah mendengar sebelumnya ada advokasi untuk masyarakat tentang bagaimana menjaga keselamatan diri ketika serangan teror berlangsung.

Kalau begitu kerumunan itu tidak salah kalau mereka tidak menyadari keadaan bahaya tersebut. Mungkin mereka gagal paham siapa itu teroris, kejahatan kemanusiaan apa yang dapat mereka lakukan. Kerumunan itu mungkin juga belum pernah mendapat edukasi semacam itu sebelumnya. Namun mulai sekarang, saya sangat berharap akan ada pihak-pihak yang memberikan edukasi ke seluruh lapisan masyarakat  tentang siapa itu teroris, apa yang harus dilakukan orang ketika serangan teroris berlangsung, bagaimana melindungi diri, atau bagaimana membantu orang di sekitarnya. Keadaan apa yang tergolong bahaya dan tidak serta semua hal yang mencegah bertambahnya korban. Edukasi bisa merambah ke area lainnya misalnya bagaimana menghindarkan diri terlibat dalam organisasi teroris, kemudian jika ada hal-hal yang dicurigai terkait terorisme di sekitar mereka, harus segera melaporkannya kepada yang berwenang. Edukasi secara masif ini harus dilakukan dengan serius untuk membangun kewaspadaan dan meningkatkan keselamatan masyarakat tentunya.

Ketika message yang disampaikan saat teror berlangsung adalah #kamitidaktakut berhasil menenangkan perasaan semua orang, apa messsage selanjutnya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan terorisme dan keselamatan dirinya ? Jangan sampai message #kamitidaktakut menjadikan kita lengah dan menganggap terorisme tidak perlu ditakuti walaupun memang tujuannya adalah menyebar ketakutan di masyarakat. Yang terpenting harus berusaha mengamankan diri karena kita memiliki keluarga yang kita cintai yang pasti akan sedih kalau kehilangan kita #saynototerrrorism #lakukanpenyelamatandenganaman #jagadiri #tetapaman

2 komentar:

Obat jantung koroner mengatakan...

semoga indonesia kedepanya aman

bbk_blog@binducipta.com mengatakan...

Amin ya rabbal alamin