Senin, 30 November 2015

Gadget atau bermain dengan teman sebaya ?

Gadget atau bermain dengan teman sebaya ? Saya yakin buat sebagian orang tua yang sibuk mengalami dilema untuk memilih hal ini. Memberikan anak gadget adalah cara termudah mengasuh mereka. Alasannya, kalau membiarkan anak bermain dengan teman sebaya, memerlukan waktu, pengawasan, dan effort. Belum lagi resiko bertengkar bersama temannya, atau terjatuh karena terlalu aktif dalam bermain.

Namun ada sebagian orang tua lainnya yang mengadopsi cara mendidik dengan ketat sehingga membiarkan anak  bermain dengan teman sebaya dan hampir tidak mengenal gadget. 

Kalau saya yang ditanya pilih yang mana, saya akan memilih dua-duanya. Dua hal tersebut memiliki alasan yang kuat untuk saya jalankan.

Saya biasa membiarkan anak-anak bermain gadget  pada hari libur dengan pengawasan yang ketat. Mereka perlu tahu kapan mereka harus berhenti agar tidak berlebihan dalam menggunakan gadget. Anak-anak saya sangat jago merengek agar diberi ijin bermain game kesukaannya. Sebenarnya, ini moment anak-anak saya berlatih negosiasi. Lumayan tough kalau bernegosiasi dengan mereka soal gadget. Untunglah, saya cukup punya pendirian untuk menolaknya dan memberikan banyak syarat yang harus dijalani sebelum memberikan tab saya pada mereka. Biasanya saya akan mencari win-win solution di dalam negosiasi ini.

Syarat pertama adalah sudah menjalankan sholat shubuh. Biasanya mereka akan segera melakukan ini supaya dapat memainkan mainan kesayangan mereka. Di sini saya akan menyelipkan nasehat sebaiknya kakak sholat shubuh bukan karena ingin segera bermain game. 

“Iya kakak nggak boleh gitu, sholat shubuh jangan karena mau main game,” adiknya yang berumur 4 tahun biasa menasehati kakaknya. Dan kakak pun tersipu malu. 

“Sebentar aja ya ma main gamenya, please, please” kata kakak merengek.

“Ya sudah tapi 10 menit saja ya. Abis itu tab nya mama ambil, ” saya menegaskan.

Negosiasi berjalan lancar, dan kakak akan mengakhiri game nya. Kemudian saya akan minta mereka untuk bermain di luar bersama teman-teman sambil menikmati pagi. 

“Kalau pagi itu sebaiknya main di luar, Kak. Udaranya seger lho. Trus teman-temen kakak sama adek juga lagi ngumpul di luar kan. Nanti kalau lebih dari jam 8udah sepi lho di luar,” saya mengingatkan

Tergiur serunya bermain dengan teman sebaya ia segera melupakan game kesukaannya.Sejauh ini, bermain gelembung/buble dan berlarian menjadi sesi favorit mereka. 

Banyak hal yang mereka pelajari dengan bermain dengan teman sebaya. Selain melatih syaraf motorik, mereka berlatih mengekspresikan dirinya dengan percaya diri, tanpa ada rasa rendah diri. Memposisikan diri sama dengan orang lain tanpa saling merendahkan. Selain itu, menyelesaikan pertengkaran kecil di antara mereka dengan damai adalah pelajaran terbesar. Karena moment ini melibatkan kemampuan interpersonal mereka untuk mengakui kesalahan,  saling memaafkan, sportifitas, berunding menyelesaikan masalah. Dan sebagai Ibu / orangtua dengan segala rutinitas rumah di waktu libur, kita tinggal memperhatikan mereka dari jauh, dan melibatkan diri jika diperlukan.

Selesai bermain, kita bisa mengajak mereka menceritakan permainan yang mereka lakukan saat berkumpul bersama teman.  Dari moment ini saya melatih mereka menggunakan kemampuan verbalnya dalam bercerita sambil menyelipkan nasehat yang diperlukan agar sesi bermain selanjutnya berjalan lebih seru tanpa ada masalah. 

Bagi saya, anak-anak masih memerlukan memegang gadget asal dengan batasan dan kesiplinan. Batasan yang perlu mereka pahami adalah menggunakan gadget secara tidak berlebihan. Gadget adalah simbol bahwa teknologi itu terus berkembang, dan mereka harus mampu beradaptasi dengan perkembangan ini, mampu menggunakannya untuk hal-hal yang baik misalnya, mempelajari sesuatu.

Setelah bermain dan makan pagi, biasanya mereka akan kembali merengek minta gadget. Kali ini, biasanya saya ijinkan mereka selama 30 menit untuk melihat “youtube belajar” dalam istilah mereka. Youtube belajar ini maksudnya hanya melihat Youtube untuk mencari sesuatu yang ingin mereka pelajari. Apakah belajar bahasa inggris dengan bernyanyi, atau memperhatikan pengucapannya kata-kata bahasa Inggris, melihat tarian, musik, cara membuat sesuatu atau hal lainnya sesuai minat mereka. Saya juga akan meminta mereka menulis sendiri apa yang mereka cari, sambil berlatih mengeja kata. Atau mencari inspirasi video apa yang ingin mereka buat.

Syarat berikutnya boleh memegang gadget adalah mereka harus belajar selama kira-kira satu setengah jam. Pelajaran wajib setiap hari mereka adalah berhitung, menulis, membaca Iqro. Sedangkan bahasa Inggris lebih banyak saya ajarkan ketika sedang menonton kartun favorite mereka.  

Setelah semua rutinitas itu dilakukan. Mereka boleh bermain game kesukaannya selama 30 menit. Atau saya akan menemani mereka dengan menunjukkan hal-hal menarik yang ada di Youtube, agar pikiran mereka terbuka bahwa dunia luar itu luas dan penuh kreatifitas.

Selanjutnya, mama yang gantian bermain gadget hehe. Tetapi saya tunjukkan kepada mereka bahwa apa yang saya lakukan dengan gadget adalah lebih banyak mencari sumber informasi dan menulis blog.  Terkadang jika ada artikel menarik yang saya temukan, saya membacakannya untuk mereka.

Dengan cara ini, saya berharap ketika besar nanti mereka tidak akan menyalahgunakan gadget namun mampu memahami perkembangan teknologi. Dan disisi lain, mereka dapat memiliki kecerdasan emotional yang tinggi, memiliki empathy dalam berinteraksi dengan orang lain, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang positif.


Tidak ada komentar: