Selasa, 19 Januari 2016

Video belajar menggambar dan mewarnai robot

Belajar menggambar itu mudah dan banyak manfaatnya

“Every child is an artist. The problem is how to remain an artist once he grows up.” – Pablo Picasso

Kutipan ini mengena sekali di hati saya. Picasso berpikir bahwa setiap anak adalah seniman. Masalahnya adalah bagaimana mempertahankan "sense of art" itu pada anak hingga mereka dewasa.

Menggambar adalah salah satu bentuk seni yang paling mudah dilakukan. Namun bagi anak-anak saya, menggambar itu cukup sulit. Selama ini, setiap saya meminta anak-anak saya menggambar sesuatu, mereka seperti menolak dan minta saya yang menggambar untuk mereka.

Saya berpikir, mungkin karena mereka tidak menguasai cara menggambar dan tidak percaya diri. Mungkin ini hal yang sederhana, namun saya tidak ingin mereka tumbuh menjadi tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri. Saya mencoba mencari cara mengatasi kelemahan ini.

Suatu hari saya mengunjungi Gramedia di Bintaro yang baru di buka. Disini saya menemukan banyak buku tentang menggambar dan seni untuk anak. Saya melihat deretan buku cara menggambar. Saya sebenarnya tidak bisa menggambar tapi memutuskan untuk mengajari mereka menggambar. Tak pernah terpikirkan bahwa menggambar itu ternyata sangat mudah. Hal ini sangat dimungkinkan melalui buku-buku langkah-langkah menggambar tersebut.


Saya minta anak-anak memilih buku sendiri untuk mereka pelajari. Kemudian saya secara rutin mengalokasikan waktu untuk anak-anak saya belajar menggambar. Saya ajarkan tentang gradasi warna. Dan ternyata anak-anak menyukai kegiatan ini. Bahkan kami membuat misi untuk mengisi dinding kamar mereka dengan gambar hasil karya mereka. Namun sejauh ini, gambar mereka baru bisa menempel pintu lemari es saja. Gambar pertama kakak adalah burger kesukaannya, sedangkan Firra memilih menggambar meja dorong.  Semakin lama, hasil gambar mereka semakin baik.


Tentu guru TK punya alasan yang kuat mengapa mengajarkan anak untuk menggambar/mewarnai di sekolah. Menggambar atau seni lainnya memang salah satu cara membangun kemampuan anak dalam banyak aspek. Ketika membicarakan tentang gambar itu sendiri, warna, bentuk, ukuran, kemampuan bahasa anak akan berkembang.
 
Ketika menemani anak menggambar, yang biasa saya lakukan adalah meminta anak-anak menceritakan gambarnya. Mengapa mereka memilih warna tertentu. Atau membuat cerita dari gambar mereka.Terkadang Zhafirra yang masih berusia 4 tahun menggambar bentuk yang tidak saya pahami. Namun dengan lancar ia akan menceritakan gambarnya dengan detil.

"Firra gambar princess lagi noleh ke kanan Ma, kayak gini badannya muter ke arah sini. Trus tangannya gerak kayak gini. Firra nggak usah kasih gradasi ya gambarnya. " kata Firra sambil mencontohkan gerakan princess yang ia maksud. Daya imaginasi Firrapun semakin berkembang.

Saya kutip dari website http://extension.psu.edu/  beberapa pertanyaan yang bisa kita ajukan ke anak untuk melatih kemampuan bahasa anak berkaitan dengan kegiatan menggambar.
  • Tanyakan pertanyaan yang jawabannya sebebas mungkin  – “Ceritakan tentang apa yang kamu gambar," catat apa yang ia ceritakan tentang gambarnya. Bacakan kembali ke anak, minta ia menambahkan detail cerita. Mencatat yang diceritakan anak menunjukkan orang tua menghargai pemikiran dan membantu orang lain memahami hasil karyanya.
  • Ajarkan anak kosakata seni – Bicarakan tentang garis (lurus, lengkungan, bulatan, bergelombang, dll.) dan warna (warna merah rambu lalu lintas, warna biru langit sky blue, warna hijau rumput).
  • Gambarkan seperti apa bentuk hasil karyanya dan beri kesempatan ia menceritakannya  – “Kakak bikin garis yang panjang, di gambar ini.” Ini salah satu cara memotivasi anak menggambarkan hasil karyanya
  • Tanyakan kepada anak proses pembuatan gambarnya – "Bagaimana caranya mencampur warna untuk membuat warna lukisan yang seperti itu?" Dorong anak untuk membicarakan proses ini.
Untuk Daniesh yang berusia 6 tahun, saya memberinya tantangan menggambar yang lebih rumit pada hari berikutnya. Daniesh kemudian memilih menggambar robot. Ketika pertama mencoba menggambar robot yang detail, malah menjelang waktu tidur. Saya katakan kalau sudah mengantuk tidak perlu dilanjutkan. Namun jawaban Daniesh, "Kakak lanjutkan gambarnya sampai selesai, Ma. Baru tidur ya." Tahap demi tahap dalam buku ia ikuti dengan tekun. Akhirnya saya melonggarkan waktu tidurnya hingga jam 9.45 malam, menunggu Daniesh menyelesaikan gambarnya. Hasilnya membuat papa mamanya kagum. Dengan bangga Daniesh menempelkannya di pintu lemari es. Ternyata tak lama waktu lama untuk membuatnya percaya diri.

Saya amati ternyata menggambar banyak manfaatnya buat Daniesh yaitu membantunya lebih fokus dalam belajar, melatih kesabarannya dalam menyelesaikan sesuatu, berlatih tekun, berlatih kreatif. Yang terpenting adalah melatihnya percaya diri bahwa ia mampu membuat hasil terbaik dari hal yang sebelumnya tidak ia kuasai. Terutama yang saya latih adalah fokus. Karena kemampuan ini yang akan dia perlukan di bangku sekolah umum nanti. Ketika pikiran anak mulai bercabang, memikirkan bermain dengan teman, memikirkan acara tivi kesukaannya, ia harus mampu membuat dirinya sendiri kembali fokus dengan pelajaran di sekolah atau sesuatu yang ia tekuni.

Setelah beberapa kali berlatih menggambar, gambar berikut telah membuat Daniesh semakin percaya diri. Saya bangga dengan hasil yang dicapainya, terutama ketika ia bilang "Dulu Kakak nggak bisa gambar hari ini kakak udah bisa gambar apa aja. Karena latihan terus makanya kakak udah bisa gambar sekarang."


Berikut video saat menemani kakak menggambar.

 https://youtu.be/PfdvSK7ouhs

Menggambar kini menjadi salah satu alternatif aktivitas keluarga kami yang murah tapi menyenangkan :)




Jumat, 15 Januari 2016

Renungan pasca bom sarinah

Hari ini, 15 Januari 2015, tepat 1 hari pasca bom Sarinah saya melewati Jalan thamrin hingga Sudirman. Sempat melihat aparat dan awak televisi memadati sisi samping bangunan Sarinah untuk berjaga-jaga. Selain itu, tidak ada hal yang berbeda. Lalu lintas masih terasa padat siang itu. Sepertinya Jakarta tidak membutuhkan waktu lama untuk pulih dari kondisi mencekam kemarin. Hanya saja, di jalanan orang masih membicarakan kejadian itu, namun bukan dengan aura ketakutan. Namun dengan aura nasionalisme yang tinggi untuk bersatu melawan terorisme.

Pembicaraan di dunia digital sehari sebelumnya hingga hari ini sempat diwarnai humorisme yang kental mengolok kegagalan misi teror yang diluncurkan. Namun lewat hashtag #kamitidaktakut, pesan yang kuat tetap terbaca oleh dunia luar bahwa Indonesia tidak takut dengan serangan teroris. Semangat ini sempat membuat bergidik, bahwa kali ini saya benar-benar merasakan setiap orang ingin berjuang melindungi negara tercintanya, dengan cara yang sederhana dan cara apapun yang dapat dilakukan. Saya ikut larut dalam nasionalisme itu dan berusaha menahan diri untuk tidak memforward apapun di sosial media yang akan membuat orang khawatir akan kondisi pasca ledakan. Semua kekuatan bangsa ini membuat saya merasa bangga menjadi orang Indonesia.

Namun kemarin ada kejadian yang mengusik saya. Viral yang menunjukkan rakyat sipil menonton polisi bertempur itu sungguh mengusik saya. Dalam film perang sekalipun, rakyat sipil akan menghindari pertempuran. Mereka akan kocar-kacir bersembunyi mencari perlindungan. Tapi kemarin, kerumunan orang dalam zona bahaya tak terlihat gentar, bahkan asik melihat pertarungan hidup mati para polisi. Saya miris melihatnya.


Saya teringat tempo dulu kala rakyat Indonesia melawan penjajah. Sebuah kondisi yang berbeda adalah, saat itu semua orang harus mengabdikan dirinya untuk negara. Para pemberani itu berada di garis depan tanpa gentar turut serta memenangkan peperangan. Tapi kini, rakyat sipil berkerumun menonton pejuangnya berperang. Apa yang salah dengan itu? Cara berpikir saya mungkin salah. Namun menurut saya seharusnya mereka menyelamatkan diri, bukan menonton Polisi berusaha melumpuhkan teroris. Bukan soal "Tidak gentar"nya atau "tidak takut" tapi tidakkah mereka berpikir mereka bisa saja menjadi korban dalam pertempuran itu. Bisa saja penembak berbaju hitam itu mengarahkan tembakannya ke arah kerumunan. Jadi siapa yang salah disini ? Sekali lagi mungkin cara berpikir saya yang salah. Tapi saya belum pernah mendengar sebelumnya ada advokasi untuk masyarakat tentang bagaimana menjaga keselamatan diri ketika serangan teror berlangsung.

Kalau begitu kerumunan itu tidak salah kalau mereka tidak menyadari keadaan bahaya tersebut. Mungkin mereka gagal paham siapa itu teroris, kejahatan kemanusiaan apa yang dapat mereka lakukan. Kerumunan itu mungkin juga belum pernah mendapat edukasi semacam itu sebelumnya. Namun mulai sekarang, saya sangat berharap akan ada pihak-pihak yang memberikan edukasi ke seluruh lapisan masyarakat  tentang siapa itu teroris, apa yang harus dilakukan orang ketika serangan teroris berlangsung, bagaimana melindungi diri, atau bagaimana membantu orang di sekitarnya. Keadaan apa yang tergolong bahaya dan tidak serta semua hal yang mencegah bertambahnya korban. Edukasi bisa merambah ke area lainnya misalnya bagaimana menghindarkan diri terlibat dalam organisasi teroris, kemudian jika ada hal-hal yang dicurigai terkait terorisme di sekitar mereka, harus segera melaporkannya kepada yang berwenang. Edukasi secara masif ini harus dilakukan dengan serius untuk membangun kewaspadaan dan meningkatkan keselamatan masyarakat tentunya.

Ketika message yang disampaikan saat teror berlangsung adalah #kamitidaktakut berhasil menenangkan perasaan semua orang, apa messsage selanjutnya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan terorisme dan keselamatan dirinya ? Jangan sampai message #kamitidaktakut menjadikan kita lengah dan menganggap terorisme tidak perlu ditakuti walaupun memang tujuannya adalah menyebar ketakutan di masyarakat. Yang terpenting harus berusaha mengamankan diri karena kita memiliki keluarga yang kita cintai yang pasti akan sedih kalau kehilangan kita #saynototerrrorism #lakukanpenyelamatandenganaman #jagadiri #tetapaman

Senin, 11 Januari 2016

Travel : Menikmati Surga Pulau Bala-Balagagan, Mengukir Jejak Bermakna


Artikel ini saya tulis berdasarkan kisah seorang teman yang pernah mengunjungi lokasi tersebut, namanya Raisa Kusuma Dewi. Menulis ini rasanya saya ingin menjadi traveller, entah kapan :) mungkin suatu hari. Photo-photo indah berikut juga diberikan oleh ig @dewikusumaraisa
-------
 

Saya sangat bersyukur tinggal di Indonesia, yang memiliki ribuan pulau. Keindahan pulau-pulau tersebut membuat saya berusaha meluangkan waktu di sela libur kerja untuk menjamahnya. April 2015, saya menemukan surga di sebuah pulau kecil. Lokasi ini awalnya merupakan bagian dari Sulawesi Barat dan setelah dipetakan kembali sekarang menjadi bagian dari Kalimantan Timur. Perjalanan ke tempat yang saya sebut surga ini tidak hanya mengejutkan namun sangat menginspirasi saya.

Pada malam buta, saya bersama teman-teman memulai perjalanan ke pulau Bala-Balagagan dari pelabuhan Kalimantan Timur. Sebuah perahu kecil mengantarkan saya ke pulau itu  setelah 12 jam menyusuri sungai. Kami menghabiskan malam yang dingin di perahu ditengah riak kecil sungai. Namun hawa dingin itu rasanya terlupakan begitu kami mencapai mencapai Bala-Balagagan. Dingin yang menusuk tulang tergantikan perasaan takjub saat menikmati matahari terbit yang indah. Rasanya seperti tiba di surga. Saya hanya terdiam tanpa kata, menikmati karunia Tuhan yang luar biasa.


Pagi mulai merambat berganti warna terang di langit saat kami memutuskan untuk menjamah sebuah pulau kecil yang seperti dipagari deretan pohon hijau yang rimbun. Kami melangkah di atas sebuah jembatan panjang yang membentang dari pelabuhan ke daratan seberang pulau. Jembatan ini laksana titik penghubung antara perairan dan daratan. Pulau di seberang itu adalah pulau yang sangat kecil. Hanya sekitar 22 keluarga menghuni pulau itu. Beberapa perahu yang bersandar memperjelas fakta itu.

Hal pertama yang ingin saya lakukan ketika menginjakkan kaki di pasir putihnya adalah mengeksplorasi pemandangan yang indah di sekitarnya dan rasanya tidak tahan segera menangkap keindahan itu lewat lensa kamera saya. Ketika berjalan melintasi jembatan kecil, terlihat jelas garis pohon-pohon hijau dikelilingi pantai pasir putih. Kaki saya yang menyentuh butiran pasir terlihat jelas di bening air periran di pulau ini. Sangat menakjubkan melihat berbagai kehidupan air yang bergerak di sekitar kaki saya,  rumput laut dan terumbu karang menyebar memenuhi perairan ini. 

Ah Senangnya, hari ini saya menghabiskan malam di pulau nan elok. Suara alam terdengar bersautan mengiringi keindahan langit malam.Ternyata esok harinya ada acara yang tak terduga. Penyelenggara perjalanan ini akan mengadakan kegiatan sosial yang didedikasikan bagi masyarakat sekitar di lokasi tersebut.

Kamipun bangun pagi-pagi sekali untuk mengunjungi sekolah masyarakat untuk menyumbangkan buku dan peralatan sekolah. Sekolah itu hanya sebuah bangunan sederhana terdiri dari beberapa kelas. Namun wajah-wajah didalamnya menyambut kami penuh kehangatan. Senyum mereka menyadarkan saya betapa besar energi positif yang memancar dari lokasi yang bermil-mil jauhnya ini.

Tinggal di  sebuah pulau kecil di tengah laut serta memiliki jumlah guru yang sangat terbatas untuk membantu mereka belajar, ternyata tak membuat mereka menyerah begitu saja. Anak-anak itu tetap memiliki kerinduan untuk belajar. Buku dan alat tulis yang kami bagikan mereka terima dengan kegembiraan. Kunjungan ini laksana panggilan bagi saya dan bahkan menyulut keinginan yang lebih besar untuk melakukan liburan sekaligus kegiatan amal lagi di masa depan.

Saya teringat sebuah kutipan dari Antonio Machado yang menggambarkan perjalanan saya kali ini, "walker, there is no path ; the path is made by walking. "Bagi saya kutipan ini berarti bahwa dengan mengambil liburan yang bermakna, kita mengukir jalan untuk berkontribusi kepada masyarakat dan lingkungan dari tempat-tempat yang kita kunjungi.

Obrolan Asik tentang gojek (lagi)

Bagi yang berkeluarga, mungkin sering mengalami harus extra berusaha untuk menjaga komunikasi  dengan partner seumur hidup alias suami/istri berjalan baik agar rumah tangga berjalan baik di tengah kesibukan kerja. Adem ayem kan tidak selalu ya, jadi komunikasi sangat penting untuk dijaga. Jadilah hari itu, minggu pagi disela-sela tugas setrikaan yang menumpuk saya ngobrol dengan suami. Kami selalu ngobrol tentang apa saja, termasuk fenomena di sekeliling kami. Ngobrol kali ini bukan tentang masa depan keluarga, tapi tentang masa depan gojek.  Kami sama-sama menyukai yang dibilang "karya anak bangsa" ini. Obrolan ini kemudian berubah menjadi ikut memberikan solusi untuk gojek agar bisa tetap untung tanpa menaikkan harga gojek terlalu tinggi kemudian ditinggalkan pelanggannya.


Papa : "Ma, sekarang customer mulai ngeluh lho karena gojek udah nggak promo lagi. Nih, aku baru baca di sosmed ada yang bilang "Hari ini dapet kado istimewa dari gojek. biasanya ke kantor biaya 30 ribu, sekarang pulang kantor kena bayar 74.000, Terima kasih gojek, kalau gini ane bisa bangkrut. Malah ada comment kalau dia udah menghapus aplikasi gojek dari ponselnya. Akhirnya orang mulai naik metromini lagi deh."

Mama : "Wah driver gojek makin susah dong ya. Customer pasti berkurang banget."

Papa   : (Papa meneruskan membaca kabar terkini) "Tul, Ma. Nih driver gojek ada yang bilang, sudah nunggu 2-3 jam belum juga dapet customer. Biasanya dulu nunggu 2-3 jam udah dapet 2 customer."

Mama : "Bener kan pa. Waktu itu aku nulis juga di blog kalau driver gojek makin susah. Karena jumlah drivernya udah kebayakan. Bayangin, 200ribuan orang, menggantungkan pendapatannya sama gojek. Beda sama Grab bike yang ngejaga jumlah drivernya supaya nggak seabrek-abrek."

Papa : "Wah kalau gini gojek harus pikirkan cara lain supaya bisa make money tanpa membuat harga gojek melambung. Karena yang rugi driver mereka sendiri ketika customer berkurang."

Mama : "Waktu itu aku tulis di blog pa, kerja sama dengan semua online shop menurutku masih menjadi solusi supaya driver tidak idle. Dibandingkan kerjasama dengan restoran untuk delivery makanan atau belanja. Berapa orang sih yang pesen makan di restoran atau go mart. Yang aku lihat malah online shop kecil rumahan dll itu kirim barang setiap hari. Kalau bisa kasih harga khusus buat mereka bikin paket selama 6 bulan atau 1 tahun berlangganan, tentu banyak yang mau deliver barang."

Papa : "Nah masih ada potensi lain Ma. Gojek harus mengefektifkan lagi pendapatan dari iklan. Misalnya di jaket driver gojek itu di pasang iklan."

Mama : "Kayak seragam formula one ya Pa."

Papa   :  "Betul Ma. Itu di seragam mereka, atau di motor box, mobil box atau di helm, kan bisa saja dikasih stiker iklan untuk perusahaan lain yang berpromosi. Iklan di baju ini bisa jadi insentif buat driver. misalnya kalau jaketnya diiklanin, mereka dapat berapa persen atau dapat fee nya. Driver pasti semangat bertahan di Gojek. Pendapatan iklan ini banyak modifikasinya kan Ma."

Mama : "Betul juga ya pa, aku rasa gojek sudah nggak perlu mengiklankan companynya lagi, semua orang kan udah tahu ya. Brandingnya udah kuat. Tinggal kalau harganya murah, orang pasti pake kok. Soal iklan, setiap kita buka aplikasi even video editor, itu banyak iklan di dalamnya yang bisa di klik. Kayaknya banyak aplikasi yang memasang iklan di dalamnya." 

Papa : "Nah bisa saja kan setiap kita membuka aplikasi gojek itu ada iklan yang muncul. Customer mah nggak peduli ada iklan yang diklik, yang penting low cost."

Mama : "Bisa juga seperti WA kali ya pa. Waktu itu, kita sempet harus bayar kan untuk update wa. Aku rasa mungkin secara rutin aplikasinya di update, trus customer kepotong pulsa mungkin 5ribu atau berapalah, kan nggak papa ya. Yang penting dikomunikasikan ke customer tentang hal ini, semacam building understanding supaya customer nggak komplain. Tapi dampaknya, perusahaan punya penghasilan tambahan."

Papa : "Atau seperti Adaro yang terintegrasi dari tambang sampai listrik, coba dibuat integrated company. Misalnya mereka bikin perusahaan asuransi sendiri. Nah kan lumayan, duitnya muter-muter juga kesitu."

Mama : "Seperti MNC, mereka punya MNC life, MNC Bank. Mungkin lebih baik bikin investment company saja pa. Dari investment company ini, pasti duitnya bisa diputerin, entah ke asuransi. Yang pasti kalau integrated, dilihat kebutuhan operasional apa, itu yang diprovide sendiri oleh perusahaan. Seperti mereka butuh asuransi, butuh bengkel, butuh pom bensin, dll. Nah lebih enak masuknya kalau ada investment company kan, bisa diputerin ke pasar modal juga."

Papa : "Nah kalau pom bensin, bisa juga kan, khusus buat gojek driver nanti dapat poin setiap beli bensin, trus klo udah berapa poin bisa dapet bensin free. Kan lumayan, jadi benefit buat driver. Trus soal asuransi, mungkin awalnya perusahaan asuransi ini untuk Gojek driver, tapi ke depan bisa aja kan menyasar ke menengah ke bawah. Pasar asuransi di Indonesia terutama untuk kalangan bawah masih luas untuk digarap."

Mama : "Bener juga pa. Intinya kalau integrated, duitnya muter di perusahaan sendiri. Dan kalau ada investment company mungkin lebih mudah membiayai bisnisnya, atau menarik investor. Atau at least duit dari investor bisa dibiakkan lewat cabang-cabang bisnis itu. 

Papa : "Betul. Kalau sudah berkembang kan bisa IPO. Lha kedepan semua perusahaan arahnya IPO. Pasti lebih menarik bisnisnya kalau integrated. Ini kalau perusahaan berpikir long term ya bukan cuma bisnis aja. Tapi mikirin kelangsungan masa depan drivernya."

Mama : "Orang kalau beranjak dari social entrepreneur mungkin nggak sampai ada gejolak di karyawannya Pa. Karena semua langkah pengembangan bisnis memikirkan aspek socialnya. (disini tiba-tiba jadi ingat triple bottom line untuk keberlanjutan bisnis.Kalau bisnis mau berkelanjutan harus memperhatikan 3 hal : people (aspek karyawan dan masyarakat), planet (aspek lingkungan), dan profit.)

Papa : Tapi nggak tahu ya, Nadiem itu orang social entrepreneur bukan. Apakah memikirkan profit aja, pengembangan bisnis terus, nambah karyawan banyak supaya pemasukan nambah atau mau memikirkan masa depan gojek driver. Contohnya dengan harga naik aja, jumlah customer berkurang, kedepan gimana nasib driver kalau gini terus. Jadi kan perusahaan perlu menjaga harga naik gojek supaya bisa tetap rendah, yang penting order banyak."

Mama : "Coba bayangin pa, kalau transportasi di Jakarta udah bagus, itu mungkin gojek jadi feeder aja dari lokasi stasiun transportasi masal."

Papa  : "Hm.. bisa jadi ma, soalnya mau gimana lagi drivernya, orang kan banyak pake transportasi umum nanti kalau udah bagus. Contohnya tadi yang aku baca di forum, mereka mulai naik metromini lagi karena harga gojek udah mahal. Solusinya mereka berangkat lebih pagi aja biar nggak kena macet."

Mama : Nah kan, itu ancaman 5 tahun lagi udah keliatan. Berarti harus segera dipikirkan business developmentnya mau seperti apa. Nggak kayak sekarang kalau menurutku pa. Jumlah driver gojek membludak. Mungkin  perencanaan tenaga kerjanya dipikirkan lagi sebelum merekrut masal. Mungkin waktu itu karena developmentnya dengan adanya go mart, go box, salon, cleaning, dll. Tapi apakah itu efektif ? Coba direview berapa driver yang terserap di unit bisnis itu.

Papa : "Atau bisa juga ma, harusnya untuk perencanaan tenaga kerja bikin research dulu. Misalnya harga naik sekian. Kira-kira jumlah order yang masuk berapa. Terus dibandingkan ke level harga yang lebih tinggi lagi atau harga normal. Ya kalau bedanya signifikan kan berarti tidak perlu merekrut karyawan sebanyak itu pada level harga normal. Karena percuma, karyawan bertambah, order malah berkurang, dan banyak yang idle."

Mama : "Seperti Grab pa, mereka sangat membatasi jumlah karyawannya, agar karyawan tidak dirugikan."
Better semua based on research dulu memang. Baru dipikirkan langkah selanjutnya. Atau bisnis pake skenario what if. "Kalau suatu keadaan begini, harus gimana. Bikin assesment keadaan what if lagi terjadi, langkahnya apa. Bisnis sekarang sangat dinamis pa."
(Disini tiba-tiba jadi teringat migas. Sekarang kalau harga minyak dibawah $30 per barrel, apa langkah perusahaan migas untuk survive? Cutting jobs di mana-mana pasti terjadi. Nggak salah kalau di sebuah forum mengutip sebuah online news yang memberitakan kalau menurut George Soros, krisis dunia saat ini mirip krisis tahun 98. Mau nggak mau skenario what if dilakukan, karena bisnis bisa saja tergoncang terkena dampak volatilitas di sekelilingnya)

Papa : Sepertinya langkah yang mudah, cari pendapatan dari iklan ya Ma. Setiap membuka ada aplikasi ada iklannya, orang pasti bacalah. Nah, potensi iklan dari sini pasti besar, ya."

Pembicaraan asik itupun selesai bersamaan baju-baju selesai disetrika. #nasibibubekerjanggakpunyapembantu .