Senin, 11 Januari 2016

Travel : Menikmati Surga Pulau Bala-Balagagan, Mengukir Jejak Bermakna


Artikel ini saya tulis berdasarkan kisah seorang teman yang pernah mengunjungi lokasi tersebut, namanya Raisa Kusuma Dewi. Menulis ini rasanya saya ingin menjadi traveller, entah kapan :) mungkin suatu hari. Photo-photo indah berikut juga diberikan oleh ig @dewikusumaraisa
-------
 

Saya sangat bersyukur tinggal di Indonesia, yang memiliki ribuan pulau. Keindahan pulau-pulau tersebut membuat saya berusaha meluangkan waktu di sela libur kerja untuk menjamahnya. April 2015, saya menemukan surga di sebuah pulau kecil. Lokasi ini awalnya merupakan bagian dari Sulawesi Barat dan setelah dipetakan kembali sekarang menjadi bagian dari Kalimantan Timur. Perjalanan ke tempat yang saya sebut surga ini tidak hanya mengejutkan namun sangat menginspirasi saya.

Pada malam buta, saya bersama teman-teman memulai perjalanan ke pulau Bala-Balagagan dari pelabuhan Kalimantan Timur. Sebuah perahu kecil mengantarkan saya ke pulau itu  setelah 12 jam menyusuri sungai. Kami menghabiskan malam yang dingin di perahu ditengah riak kecil sungai. Namun hawa dingin itu rasanya terlupakan begitu kami mencapai mencapai Bala-Balagagan. Dingin yang menusuk tulang tergantikan perasaan takjub saat menikmati matahari terbit yang indah. Rasanya seperti tiba di surga. Saya hanya terdiam tanpa kata, menikmati karunia Tuhan yang luar biasa.


Pagi mulai merambat berganti warna terang di langit saat kami memutuskan untuk menjamah sebuah pulau kecil yang seperti dipagari deretan pohon hijau yang rimbun. Kami melangkah di atas sebuah jembatan panjang yang membentang dari pelabuhan ke daratan seberang pulau. Jembatan ini laksana titik penghubung antara perairan dan daratan. Pulau di seberang itu adalah pulau yang sangat kecil. Hanya sekitar 22 keluarga menghuni pulau itu. Beberapa perahu yang bersandar memperjelas fakta itu.

Hal pertama yang ingin saya lakukan ketika menginjakkan kaki di pasir putihnya adalah mengeksplorasi pemandangan yang indah di sekitarnya dan rasanya tidak tahan segera menangkap keindahan itu lewat lensa kamera saya. Ketika berjalan melintasi jembatan kecil, terlihat jelas garis pohon-pohon hijau dikelilingi pantai pasir putih. Kaki saya yang menyentuh butiran pasir terlihat jelas di bening air periran di pulau ini. Sangat menakjubkan melihat berbagai kehidupan air yang bergerak di sekitar kaki saya,  rumput laut dan terumbu karang menyebar memenuhi perairan ini. 

Ah Senangnya, hari ini saya menghabiskan malam di pulau nan elok. Suara alam terdengar bersautan mengiringi keindahan langit malam.Ternyata esok harinya ada acara yang tak terduga. Penyelenggara perjalanan ini akan mengadakan kegiatan sosial yang didedikasikan bagi masyarakat sekitar di lokasi tersebut.

Kamipun bangun pagi-pagi sekali untuk mengunjungi sekolah masyarakat untuk menyumbangkan buku dan peralatan sekolah. Sekolah itu hanya sebuah bangunan sederhana terdiri dari beberapa kelas. Namun wajah-wajah didalamnya menyambut kami penuh kehangatan. Senyum mereka menyadarkan saya betapa besar energi positif yang memancar dari lokasi yang bermil-mil jauhnya ini.

Tinggal di  sebuah pulau kecil di tengah laut serta memiliki jumlah guru yang sangat terbatas untuk membantu mereka belajar, ternyata tak membuat mereka menyerah begitu saja. Anak-anak itu tetap memiliki kerinduan untuk belajar. Buku dan alat tulis yang kami bagikan mereka terima dengan kegembiraan. Kunjungan ini laksana panggilan bagi saya dan bahkan menyulut keinginan yang lebih besar untuk melakukan liburan sekaligus kegiatan amal lagi di masa depan.

Saya teringat sebuah kutipan dari Antonio Machado yang menggambarkan perjalanan saya kali ini, "walker, there is no path ; the path is made by walking. "Bagi saya kutipan ini berarti bahwa dengan mengambil liburan yang bermakna, kita mengukir jalan untuk berkontribusi kepada masyarakat dan lingkungan dari tempat-tempat yang kita kunjungi.

Tidak ada komentar: