Bagi yang berkeluarga, mungkin sering mengalami harus extra berusaha untuk menjaga komunikasi dengan partner seumur hidup alias suami/istri berjalan baik agar rumah tangga berjalan baik di tengah kesibukan kerja. Adem ayem kan tidak selalu ya, jadi komunikasi sangat penting untuk dijaga. Jadilah hari itu, minggu pagi disela-sela tugas setrikaan yang menumpuk saya ngobrol dengan suami. Kami selalu ngobrol tentang apa saja, termasuk fenomena di sekeliling kami. Ngobrol kali ini bukan tentang masa depan keluarga, tapi tentang masa depan gojek. Kami sama-sama menyukai yang dibilang "karya anak bangsa" ini. Obrolan ini kemudian berubah menjadi ikut memberikan solusi untuk gojek agar bisa tetap untung tanpa menaikkan harga gojek terlalu tinggi kemudian ditinggalkan pelanggannya.
Papa : "Ma, sekarang customer mulai ngeluh lho karena gojek udah nggak promo lagi. Nih, aku baru baca di sosmed ada yang bilang "Hari ini dapet kado istimewa dari gojek. biasanya ke kantor biaya 30 ribu, sekarang pulang kantor kena bayar 74.000, Terima kasih gojek, kalau gini ane bisa bangkrut. Malah ada comment kalau dia udah menghapus aplikasi gojek dari ponselnya. Akhirnya orang mulai naik metromini lagi deh."
Mama : "Wah driver gojek makin susah dong ya. Customer pasti berkurang banget."
Papa : (Papa meneruskan membaca kabar terkini) "Tul, Ma. Nih driver gojek ada yang bilang, sudah nunggu 2-3 jam belum juga dapet customer. Biasanya dulu nunggu 2-3 jam udah dapet 2 customer."
Mama : "Bener kan pa. Waktu itu aku nulis juga di blog kalau driver gojek makin susah. Karena jumlah drivernya udah kebayakan. Bayangin, 200ribuan orang, menggantungkan pendapatannya sama gojek. Beda sama Grab bike yang ngejaga jumlah drivernya supaya nggak seabrek-abrek."
Papa : "Wah kalau gini gojek harus pikirkan cara lain supaya bisa make money tanpa membuat harga gojek melambung. Karena yang rugi driver mereka sendiri ketika customer berkurang."
Mama : "Waktu itu aku tulis di blog pa, kerja sama dengan semua online shop menurutku masih menjadi solusi supaya driver tidak idle. Dibandingkan kerjasama dengan restoran untuk delivery makanan atau belanja. Berapa orang sih yang pesen makan di restoran atau go mart. Yang aku lihat malah online shop kecil rumahan dll itu kirim barang setiap hari. Kalau bisa kasih harga khusus buat mereka bikin paket selama 6 bulan atau 1 tahun berlangganan, tentu banyak yang mau deliver barang."
Papa : "Nah masih ada potensi lain Ma. Gojek harus mengefektifkan lagi pendapatan dari iklan. Misalnya di jaket driver gojek itu di pasang iklan."
Mama : "Kayak seragam formula one ya Pa."
Papa : "Betul Ma. Itu di seragam mereka, atau di motor box, mobil box atau di helm, kan bisa saja dikasih stiker iklan untuk perusahaan lain yang berpromosi. Iklan di baju ini bisa jadi insentif buat driver. misalnya kalau jaketnya diiklanin, mereka dapat berapa persen atau dapat fee nya. Driver pasti semangat bertahan di Gojek. Pendapatan iklan ini banyak
modifikasinya kan Ma."
Mama : "Betul juga ya pa, aku rasa gojek sudah nggak perlu mengiklankan companynya lagi, semua orang kan udah tahu ya. Brandingnya udah kuat. Tinggal kalau harganya murah, orang pasti pake kok. Soal iklan, setiap kita buka aplikasi even
video editor, itu banyak iklan di dalamnya yang bisa di klik. Kayaknya banyak aplikasi yang memasang iklan di dalamnya."
Papa : "Nah bisa saja kan setiap kita membuka aplikasi gojek
itu ada iklan yang muncul. Customer mah nggak peduli ada iklan yang diklik,
yang penting low cost."
Mama : "Bisa juga seperti WA kali ya pa. Waktu itu, kita sempet harus bayar kan untuk update wa. Aku rasa mungkin secara rutin aplikasinya di update, trus customer kepotong pulsa mungkin 5ribu atau berapalah, kan nggak papa ya. Yang penting dikomunikasikan ke customer tentang hal ini, semacam building understanding supaya customer nggak komplain. Tapi dampaknya, perusahaan punya penghasilan tambahan."
Papa : "Atau seperti Adaro yang terintegrasi dari tambang sampai listrik, coba dibuat integrated company. Misalnya mereka bikin perusahaan asuransi sendiri. Nah kan lumayan, duitnya muter-muter juga kesitu."
Mama : "Seperti MNC, mereka punya MNC life, MNC Bank. Mungkin lebih baik bikin investment company saja pa. Dari investment company ini, pasti duitnya bisa diputerin, entah ke asuransi. Yang pasti kalau integrated, dilihat kebutuhan operasional apa, itu yang diprovide sendiri oleh perusahaan. Seperti mereka butuh asuransi, butuh bengkel, butuh pom bensin, dll. Nah lebih enak masuknya kalau ada investment company kan, bisa diputerin ke pasar modal juga."
Papa : "Nah kalau pom bensin, bisa juga kan, khusus buat gojek driver nanti dapat poin setiap beli bensin, trus klo udah berapa poin bisa dapet bensin free. Kan lumayan, jadi benefit buat driver. Trus soal asuransi, mungkin awalnya perusahaan asuransi ini untuk Gojek driver, tapi ke depan bisa aja kan menyasar ke menengah ke bawah. Pasar asuransi di Indonesia terutama untuk kalangan bawah masih luas untuk digarap."
Mama : "Bener juga pa. Intinya kalau integrated, duitnya muter di perusahaan sendiri. Dan kalau ada investment company mungkin lebih mudah membiayai bisnisnya, atau menarik investor. Atau at least duit dari investor bisa dibiakkan lewat cabang-cabang bisnis itu.
Papa : "Betul. Kalau sudah berkembang kan bisa IPO. Lha kedepan semua perusahaan arahnya IPO. Pasti lebih menarik bisnisnya kalau integrated. Ini kalau perusahaan berpikir long term ya bukan cuma bisnis aja. Tapi mikirin kelangsungan masa depan drivernya."
Mama : "Orang kalau beranjak dari social entrepreneur mungkin nggak sampai ada gejolak di karyawannya Pa. Karena semua langkah pengembangan bisnis memikirkan aspek socialnya. (disini tiba-tiba jadi ingat triple bottom line untuk keberlanjutan bisnis.Kalau bisnis mau berkelanjutan harus memperhatikan 3 hal : people (aspek karyawan dan masyarakat), planet (aspek lingkungan), dan profit.)
Papa : Tapi nggak tahu ya, Nadiem itu orang social entrepreneur bukan. Apakah memikirkan profit aja, pengembangan bisnis terus, nambah karyawan banyak supaya pemasukan nambah atau mau memikirkan masa depan gojek driver. Contohnya dengan harga naik aja, jumlah customer berkurang, kedepan gimana nasib driver kalau gini terus. Jadi kan perusahaan perlu menjaga harga naik gojek supaya bisa tetap rendah, yang penting order banyak."
Mama : "Coba bayangin pa, kalau transportasi di Jakarta udah bagus, itu mungkin gojek jadi feeder aja dari lokasi stasiun transportasi masal."
Papa : "Hm.. bisa jadi ma, soalnya mau gimana lagi drivernya, orang kan banyak pake transportasi umum nanti kalau udah bagus. Contohnya tadi yang aku baca di forum, mereka mulai naik metromini lagi karena harga gojek udah mahal. Solusinya mereka berangkat lebih pagi aja biar nggak kena macet."
Mama : Nah kan, itu ancaman 5 tahun lagi udah keliatan. Berarti harus segera dipikirkan business developmentnya mau seperti apa. Nggak kayak sekarang kalau menurutku pa. Jumlah driver gojek membludak. Mungkin perencanaan tenaga kerjanya dipikirkan lagi sebelum merekrut masal. Mungkin waktu itu karena developmentnya dengan adanya go mart, go box, salon, cleaning, dll. Tapi apakah itu efektif ? Coba direview berapa driver yang terserap di unit bisnis itu.
Papa : "Atau bisa juga ma, harusnya untuk perencanaan tenaga kerja bikin research dulu. Misalnya harga naik sekian. Kira-kira jumlah order yang masuk berapa. Terus dibandingkan ke level harga yang lebih tinggi lagi atau harga normal. Ya kalau bedanya signifikan kan berarti tidak perlu merekrut karyawan sebanyak itu pada level harga normal. Karena percuma, karyawan bertambah, order malah berkurang, dan banyak yang idle."
Mama : "Seperti Grab pa, mereka sangat membatasi jumlah karyawannya, agar karyawan tidak dirugikan."
Better semua based on research dulu memang. Baru dipikirkan langkah selanjutnya. Atau bisnis pake skenario what if. "Kalau suatu keadaan begini, harus gimana. Bikin assesment keadaan what if lagi terjadi, langkahnya apa. Bisnis sekarang sangat dinamis pa."
(Disini tiba-tiba jadi teringat migas. Sekarang kalau harga minyak dibawah $30 per barrel, apa langkah perusahaan migas untuk survive? Cutting jobs di mana-mana pasti terjadi. Nggak salah kalau di sebuah forum mengutip sebuah online news yang memberitakan kalau menurut George Soros, krisis dunia saat ini mirip krisis tahun 98. Mau nggak mau skenario what if dilakukan, karena bisnis bisa saja tergoncang terkena dampak volatilitas di sekelilingnya)
Papa : Sepertinya langkah yang mudah, cari pendapatan dari iklan ya Ma. Setiap membuka ada aplikasi ada iklannya, orang pasti bacalah. Nah, potensi iklan dari sini pasti besar, ya."
Pembicaraan asik itupun selesai bersamaan baju-baju selesai disetrika. #nasibibubekerjanggakpunyapembantu .